Tgl 30 November, hari pertama aku masuk sebagai bunda PAUD
untuk Anak berkebutuhan khusus, Pengalaman baru tentunya, karena sebelumnya aku
tidak pernah terjun secara langsung di sekolah ABK, jadi ketika tiba – tiba
harus berhadapan dengan anak autis, Hiper aktif/ Attention Deficit
Hyperactivity Disorder, down syndrome, Tuna Rungu, Tuna Wicara, dll, dan
mempunyai tugas untuk mengembangkan kemampuan mereka, aku jadi mulai berpikir
lebih banyak tentang mereka, mencari banyak informasi tentang ABK, dan tentang
bagaimana cara agar membuat mereka tidak berbeda dari anak kebanyakan.
Pada hari pertama sampai kira – kira seminggu lebih, aku
hanya melakukan observasi, aku melihat bagaimana proses yang di lakukan untuk
mengembangkan mereka, ternyata dengan cara memberikan terapi.
Terapi Bagi Individu dengan Autisme
Bila ada pertanyaan mengenai terapi apa yang efektif?
Maka jawaban atas pertanyaan ini sangat kompleks, bahkan para orang tua dari
anak-anak dengan autisme pun merasa bingung
ketika dihadapkan dengan banyaknya treatment dan proses pendidikan yang ditawarkan bagi anak mereka. Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.
ketika dihadapkan dengan banyaknya treatment dan proses pendidikan yang ditawarkan bagi anak mereka. Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.
Berikut ini adalah suatu uraian sederhana dari berbagai
literatur yang ada dan ringkasan penjelasan yang tidak menyeluruh dari beberapa
treatment yang diakui saat ini. Menjadi keharusan bagi orang tua untuk mencari
tahu dan mengenali treatment yang dipilihnya langsung kepada orang-orang yang
profesional dibidangnya. Sebagian dari teknik ini adalah program menyeluruh,
sedang yang lain dirancang menuju target tertentu yang menjadi hambatan atau
kesulitan para penyandangnya.
Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas
pada: Applied Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam
penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau
Intervensi Perilaku Intensif.
Pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan
yang dikenal sebagai Floortime.
TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related
Communication – Handicapped Children).
Biological Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas
pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi
perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri,
dsb.).
Speech – Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi
tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan
proses auditory/pendengaran.
Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti
PECS (Picture Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual
menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi
lainnya.
Pelayanan Autisme Intensif, meliputi kerja team dari
berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun
lngkungan sosial lainnya.
Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak
terbatas pada Occupational Therapy (OT), dan Auditory Integration Training
(AIT).
Dengan adanya berbagai jenis terapi yang dapat dipilih
oleh orang tua, maka sangat penting bagi mereka untuk memilih salah satu jenis
terapi yang dapat meningkatkan fungsionalitas anak dan mengurangi gangguan
serta hambatan autisme. Sangat disayangkan masih minim data ilmiah yang mampu
mendukung berbagai jenis terapi yang dapat dipilih orang tua di Indonesia saat
ini. Fakta menyebutkan bahwa sangat sulit membuat suatu penelitian mengenai
autisme. Sangat banyak variabel-variabel yang dimiliki anak, dari tingkat
keparahan gangguannya hingga lingkungan sekitarnya dan belum lagi etika yang
ada didalamnya untuk membuat suatu penelitian itu sungguh-sungguh terkontrol.
Sangat tidak mungkin mengontrol semua variabel yang ada sehingga data yang
dihasilkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mungkin secara statistik tidak
akurat.
Tidak ada satupun jenis terapi yang berhasil bagi semua
anak. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada
potensinya, kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri.
Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan; okupasi
terapi, terapi wicara dan terapi perilaku sebagai basisnya. Tenaga ahli yang
menangani anak harus mampu mengarahkan pilihan-pilihan anda terhadap berbagai
jenis terapi yang ada saat ini. Tidak ada jaminan apakah terapi yang dipilih
oleh orang tua maupun keluarga sungguh-sungguh akan berjalan efektif. Namun
demikian, tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara konsisten,
bila tidak terlihat perubahan atau kemajuan yang nyata selama 3 bulan dapat
melakukan perubahan terapi. Bimbingan dan arahan yang diberikan harus
dilaksanakan oleh orang tua secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yang
signifikan selama 3 bulan maka bentuk intervensi lainnya dapat ditambahkan.
Tetap bersikap obyektif dan tanyakan kepada para ahli bila terjadi
perubahan-perubahan perilaku lainnya.
Balik lagi pada ceritaku.
Pada awalnya, aku merasa kesulitan ketika harus menangani
anak autis juga hiperaktif. Ketika di dalam ruangan aku harus di hadapkan pada
anak yang asik dengan dirinya sendiri,ada mereka yang tertawa – tertawa sediri, ada yang menangis, bicara
– bicara sendiri yang tidak jelas artinya, teriak bahkan ada anak yang
perilakunya suka menggigit, menjambak, menendang – nendang tidak karuan, dan
masih banyak lagi perilaku kacau anak. Rasanya seperti sulit mereka bisa
merespon apa yang sudah kami lakukan pada mereka. Ketika aku menghadapi mereka
seperti aku sedang bermonolog. Ketika kami memberikan terapi kepatuhan perintah
pada mereka dan mereka masih asik dengan dirinya, aku sempat berpikir apakah
hal ini bisa memberikan hasil? Namun ketika secara intensif kami memberi terapi dan kemudian mereka merespon, sungguh
bahagiaku berlipat – lipat.
Dari situ aku selalu berkeyakinan bahwa dengan kesungguhan akan
ada kesuksesan.
Dan keyakinan pasti akan kesembuhan para autis jika orang
tua mereka bersabar dan berikhtar, karena semua penyakit pasti ada obatnya
Rasulullah s.a.w telah bersabda yang maksudnya:"Bahawa
Allah telah menurunkan penyakit dan ubat dan dijadikan kepada setiap penyakit
ada obatnya, berubatlah tetapi jangan berobat dengan benda-benda yang
haram." (Abu Daud)
1 komentar:
Maaf mbk, jika boleh tau mba ngajarnya di slb autis mana? Terimakasih
Posting Komentar