Jumat, 09 Desember 2011

Penerapan Just In Time

Diposting oleh Unknown di 01.56

1.         Sejarah Perkembangan Just In Time
Awal munculnya Sistem Just in Time, di awali oleh fenomena Toyota Production System ( TPS ). Berbicara sejarah TPS tidak akan lepas dari penemuan atau munculnya ide-ide penggunaan tools dalam TPS. Tools itu adalah: just-in-time, kanban, jidoka, multi function worker, dan standarisasi kerja. TPS merupakan filosofi manufaktur yang dikembangkan oleh Taiichi Ohno, Vice-President Executive Toyota, di tahun 1950-an yang terinspirasi oleh semangat kaizen. KAIZEN; 
atau penyempurnaan kecil yang terus-menerus, telah membuat Toyota berevolusi di mana dalam jangka panjang tampak membuahkan hasil yang revolusioner. Praktek kaizen berakar dari ide Sakichi Toyoda (1867-1930), pendiri grup Toyota. Pada 1890, tanpa bantuan pihak ketiga melakukan upaya penyempurnaan mesin pintal varian dari sistem flying shuttle hasil penemuan 150 tahun sebelumnya di Lancashire, Inggris. Dalam jangka waktu 35 tahun, dengan praktik kaizen-nya terhadap temuan pertama ia menyalip kepemimpinan teknologi Eropa selama 150 tahun dengan keberhasilannya menciptakan mesin pintal fully automatic pertama di dunia. Hak patennya dijual ke Platt Brothers, pabrik tekstil terkemuka Lancashire, Inggris. Di masa ini juga ia menguraikan pemikiran tentang perlunya “sistem menghentikan proses produksi saat ada masalah” atau istilahnya JIDOKA, istilah dalam bahasa Jepang yang berarti otomasi.
Pada tahun 1926 berdiri Toyoda Automatic Loom Works Ltd. (sekarang Toyota Industries Co. Ltd.), di bulan September 1933 mengembangkan divisi otomotif. Berkat “gen” kaizen yang diturunkan, perkembangan awalnya begitu cepat sehingga diputuskan menjadi perusahaan independen. Di sini Sakichi Toyoda mengadakan sayembara untuk nama baru perusahaan otomotif yang siap dikibarkannya. Syaratnya, nama itu harus sebuah kata yang sama sekali baru dan gampang disebut. Nama Toyota dipilih karena masih mendekati nama lama, walau tak ada artinya dalam bahasa Jepang (sehingga tak dapat ditulis dalam Hiragana). Toyota juga dianggap lebih hoki ketimbang Toyoda karena penulisannya dalam Katakana terdiri dari 8 goresan kuas (seperti dalam kebudayaan Cina, 8 adalah angka mujur).
Sakichi Toyoda menunjuk putra tertuanya Kiichiro Toyoda (1894-1952) sebagai bos Toyota Motor Co. Ltd. Sebagai salah satu persiapan, pada awal 1930-an, Kiichiro Toyoda diutus ke AS mempelajari sistem produksi massal yang dikembangkan Henry Ford (1883-1947). Menyesuaikan diri dengan pasar Jepang yang kecil, Kiichiro Toyoda; yang mewarisi kejeniusan ayahnya, menciptakan sistem yang dia namakan JUST-IN-TIME (JIT). JIT merupakan sistem produksi tepat waktu, di mana setiap proses hanya memproduksi sejumlah komponen yang diperlukan pada langkah selanjutnya dalam lini produksi, sesaat sebelum diperlukan dengan tepat waktu. Jadi, Just In Time Production adalah bagian dari Toyota Production System. Menurut Toyota Production System.

2.    Pengertian Just In Time
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi. ( Henri Simamora, 1999 : 10 )
Upaya untuk meningkatkan produktifitas dan menekan pemborosan dan ketidak-efesienan lainya terus dilakukan para ahli. Salah satu penemuan besar baru-baru ini diperkenalkan adalah JIT. Model ini menunjukan bahwa konsep cost management yang lama sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah. Model ini sudah banyak diminati oleh para pengusaha akhir-akhir ini sehingga dikenal sebagai golden ring of manufacturing efficiency. Namun banyak orang salah tanggap terhadap pengertian JIT ini. Menurut Johanson (1990) dalam artikel Management Accounting dengan judul Preparing For Accounting System Changes, perlu dijelaskan bahwa konsep JIT adalah merupakan model / filosofi  yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1.    Penekanan pada prinsip visibility sehingga dengan demikian setiap masalah yang memerlukan perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai kesempatan/ atau peluang.
2.    Output selalu disesuaikan dengan permintaan sehingga kegiatan produksi harus disesuakan dengan upaya menyeimbangkan keduanya.
3.    JIT menghendaki kesederhanaan / kemudahan bukan kerumitan.
4.    Pendekatan yang dilakukan bersifat “holistick” atau global. Konsep harus diterima secara umum dan melibatkan semua pihak serta sumber perusahaan yang dimiliki.
5.    JIT menganut konsep perbaikan terus-menerus.
       JIT merupakan filosofi perusahaan dalam beroperasi yang hakikatnya berupaya menghilngkan “pemborosan”. Dengan konsep JIT maka setiap resources seperti peralatan, bahan, alat, fungsi tenaga kerja digunakan secara minimal dan yang digunakan hanya yang benar-benar diperlukan untuk menambah nilai produk.
                     JIT bukan merupakan:
a.         Program / kebijaksanaan persediaan.
b.         Hanya upaya melibatkan supplier dalam kegiatan perusahaan.
c.          Fenomena kebudayaan.
d.         Proyeksi penggunaan bahan.
e.          Proyeksi kebutuhan bahan.
f.          Obat mujarap bagi manajer yang lemah.
Beberapa unsur yang selalu dianut dalam konsep JIT ini adalah:
a.         Sikap Awareness/Education
Setiap orang harus mencoba memperbaiki keadaan walaupun pada mulanya salah namun harus terus dicoba sehingga merupakan proses pendidikan bagi personel. Mencoba dan salah lebih bagus dari pada tidak dicoba sama sekali.
b.        House- Keeping
Setiap orang harus bertanggung jawab pada setiap peralatan atau harta perusahaan baik yang dibawah pengawasan maupun yang diluarnya.
c.         Quality Improvement
Kwalitas harus terus ditingkatkan untuk menuju “zero defects” (tidak ada kerusakan). Kapan saja ditemukan kesalahan operator harus segera menyetop operasi dan langsung melakukan koreksi.
d.        Uniform Plant Load (UPL)
Artinya jika kita menjual harian maka produksi harus harian pula. Produksi sesuai demand, tidak perlu ada persediaan.
e.         Redesign Process Flow
Untuk memenuhi konsep UPL diatas maka kegiatan produksi harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh peralatan digunakan untuk memproduksikan barang secara group bukan per departemen.
f.             Set up Reduction
Dengan melakukan redesign maka dapat saja terjadi peralatan yang dimiliki dikurangi sehingga produk benar-benar sesuai kebutuhan.
g.        Supplier Net Work
Jaringan permasalahan harus dapat diatur sedemikian rupa sehingga barang yang dibutuhkan datang pada saat yang tepat, barang hanya diterima pada saat diperlukan.
Dengan menjalankan konsep JIT maka peralatan yang diperlukan hanya 1 unit, jangka waktu antara kegiatan tidak lowong, kerusakan tidak ada, waktu berhenti tidak ada, operasi mesin seimbang dengan baik, work in process (WIP) berada dalam jumlah minimum dan alat-alat tidak pernah berhenti percuma.

3.    Elemen Just In Time
       Lima Elemen kunci demi keberhasilan JIT :
a.    Jumlah Pemasok yang terbatas
       Tingkat persediaan yang minimal. Sistem JIT memotong biaya dengan mengurangi :
1)   Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku
2)   Jumlah penanganan bahan baku
3)   Jumlah persediaan yang usang.
b.    Pembenahan Tata Letak Pabrik
       Arus Lini : jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi.
c.    Pengurangan Setup Time
       Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure yang berbeda.
d.    Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)
       TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan penerimaan komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDP maupun pada barang jadi.
e.    Tenaga kerja yang fleksibel ( Tjiptono, Fandi, Diana Anastia, 1994 : 102 )

4.    Manfaat Just In Time
Di antara manfaat Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengenadalian biaya, peningkatan kualitas, serta mamperbaiki kerja pengiriman. Hal ini di karenakan Just in time menekankan penghasilan sebuah produk hanya jika dibutuhkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan ( Raybun Gaile, 1999 : 98 )
Hal ini yang dapat di jabarkan, antara lain :                             
a.         Menghasilkan Waktu set-up pada gudang dapat dikurangi. Dengan pemotongan waktu dan biaya ini akan membuat perusahaan lebih efficient, dan perusahaan dapat lebih fokus untuk perbaikan pada bidang lainnya.
b.        Aliaran barang dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja akan fokus pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat.
c.         Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien.
d.        Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten.
e.         Adanya peningkatan hubungan dengan suplyer.
f.         Persediaan selalu dipertahankan untuk menjaga produkstivitas pekerja dan bisnis akan fokus pada turn over.( Mulyadi, 1999 : 86 )

5.    Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory), dalam konteks produksi, dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut disini dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada system manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga.
Keberadaan persediaan atau sumber daya menganggur ini dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan. Adanya persediaan menimbulkan konsekuensi berupa resiko-resiko tertentu yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut. Persediaan yang disimpan perusahaan bisa saja rusak sebelum digunakan. Selain itu perusahaan juga harus menanggung biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan tersebut.
Adapun alasan perlunya persediaan adalah :
a.   Transaction Motive
Menjamin kelancaran proses pemenuhan (secara ekonomis) permintaan barang sesuai dengan kebutuhan pemakai.
- Operating Stock (qo) =  Persediaan supaya operasi dapat berjalan      paling baik ~ EOQ
b.   Precatuionary Motive
Meredam fluktuasi permintaan/pasokan yang tidak beraturan.
Floktuasi = rata-rata demand + Safety Stock
c.    Speculation Motive
Alat spekulasi untuk mendapatkan keuntungan berlipat dikemudian hari. Persediaan dapat bersifat speculator.
Adapun untuk mengatasi permasalahan akibat adanya persediaan, maka secara kronologis, dapat di temukan 3 metode pengendalian persediaan, yang antara lain :
a.         Metode pengendalian secara statistik (Statistical Inventory Control)
       Metode ini sering di sebut sebagai metode tradisional. Metode pengendalian persediaan secara statistik ini biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas (dependent) dan dikelola saling tidak bergantung. Yang dimaksud permintaan bebas adalah permintaan yang hanya dipengaruhi mekanisme pasar sehingga bebas dari fungsi operasi produk. Sebagai contoh adalah permintaan untuk barang jadi dan suku cadang pengganti (spare part).
b.        Metode perencanaan kebutuhan material (MRP).
       Munculnya metode MRP di karenakan adanya kelemahan pada metode tradisional, di mana,    Metode pengendalian tradisional akan tidak efektif bila digunakan untuk permintaan yang bersifat tidak bebas (independent). Yang dimaksud permintaan tidak bebas adalah permintaan yang tergantung kepada kebutuhan suatu komponen/material dengan komponen/material lainnya. Dengan kata lain, kebutuhan tidak bebas adalah kebutuhan yang tunduk pada fungsi operasi produksi, sebagai gambaran adalah permintaan akan 4 roda mobil dan 1 kemudi hanya apabila ada permintaan 1 unit mobil, sehingga permintaan akan roda dan kemudi dikatakan tergantung pada permintaan mobil.
c.         Metode Persedian Just In Time (JIT)
       Metode ini merupakan salah satu operasionalisasi dari konsep Just In Time (JIT), yang dikembangkan dalam system produksi Toyota Motor Co. Produksi JIT berarti produksi massal dalam jumlah kecil, tersedia untuk segera digunakan. Dalam JIT digunakan teknik pengendalian persediaan yang dinamakan Kanban. Dalam system ini, jenis dan jumlah unit yang diperlukan oleh proses berikutnya, diambil dari proses sebelumnya, pada saat diperlukan. Dan ini merupakan tanda bagi proses sebelumnya untuk memproduksi unit yang baru saja diambil. Jenis dan jumlah unit yang dibutuhkan tersebut ditulis dalam suatu kartu yang disebut juga Kanban. Dalam system ini digunakan kereta sebagai tempat komponen, dengan jumlah tetap. Didalam tiap kereta terdapat dua kartu. Sebuah kartu menandakan pesanan pada produksi, dan sebuah lagi menandakan pengambilan unit. Perbedaan utama dalam system ini dengan kedua system sebelumnya terletak pada perbedaan karakteristik “pertimbangan” yang digunakan untuk mengatur jadwal produksi. Pada dua system terdahulu, dilakukan proyeksi permintaan yang akan dating, dan selanjutnya penjadwalan produksi dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut, penjadwlan mendorong produksi (push system). Sedangkan dalam sistem Kanban, jadwal produksi diatur sesuai dengan permintaan aktual (pull system).

6.    Just In Time Pembelian
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
a.         Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b.        Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c.         Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d.        Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e.         Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a.         Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b.        Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c.         Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya, sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d.        Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual
e.         Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi. 




       7.    Just In Time Produksi
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
a.         Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
b.        Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol).
c.         Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
d.        Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
a.         Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
b.        Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
c.         Waktu perpindahan
d.        Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
e.         Ruangan pabrik
f.         Biaya mutu
g.        Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1.        Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2.        Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung
3.        Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual
4.        Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”

8.    Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak pada:
a.         Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
b.        Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
c.         Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
d.        Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
e.         Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.
f.         Prinsip dasar JIT adalah meningkatkan kemampuan secara terus-menerus untuk merespon perubahan dengan meminimisasi pemborosan.  Ada empat aspek pokok dalam sistem JIT yaitu :
1)  Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk. Karena Di sini dapat di ketahui bahwa aktifitas dalam perusahaan dapat di identifikasikan menjadi 2 yaitu :
a)         Aktifitas bernilai tambah yaitu segala aktifitas yang dapat memberi kontribusi terhadap customer value dan memberikan kepuasan kepada pelanggan atau organisasi yang membutuhkannya. Contoh : perencanaan produk, pemrosesan oleh tenaga kerja langsung, aktivitas yang berkaitan dengan mesin dan pengiriman produk.
b)        Aktifitas tidak bernilai tambah yaitu aktifitas yang tidak memberikan kontribusi terhadap customer value atau kebutuhan organisasi. Di antaranya :
(a)Penjadwalan
         Aktifitas yang menggunakan waktu dan sumber daya untuk menentukan kapan produk yang berbeda dapat diproses dan berapa banyak yang akan di produksi.
(b)         Pemindahan
Aktifitas yang menggunakan waktu dan sumber daya untuk memindahkan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi dari suatu departeman ke departemen lain.
(c)Waktu tunggu
Aktifitas di mana bahan baku atau barang dalam proses menggunakan waktu dan sumber daya untuk menunggu proses selanjutnya.
(d)         Pemeriksaan
Aktifitas dimana waktu dan sumber daya di keluarkan untuk menjamin bahwa produksi memenuhi spesifikasi yang di inginkan.
(e)Penyimpanan
Aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya dimana bahan baku atau barang jadi di simpan dalam persediaan.
2)    Komitmen terhadap kualitas prima.
3)    Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan  efisiensi.
4)    Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas yang memberikan nilai tambah.

g.        Persediaan JIT adalah untuk sistem persediaan yang dirancang guna mendapatkan barang secara tepat waktu. Pada persediaan JIT mensyaratkan bahwa proses atau orang yang membuat unit-unit rusak dapat dikirim untuk menunggu pengerjaan ulang atau menjadi bahan sisa. Sistem JIT menghapus kebutuhan akan persediaan karena tidak ada produksi sampai barang akan dijual. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus mempunyai pesanan terus menerus agar dapat berproduksi.
h.        Dalam sistem JIT menerapkan untuk membeli barang hanya dalam kuantitas yang dibutuhkan saja. Untuk itu perusahaan harus mengikat kontrak panjang kepada pemasok agar bersedia mengirimkan barang yang kita pesan sesering mungkin. Hal ini agar tidak adanya persediaan di gudang.
i.          Produsi JIT adalah suatu sistem dimana tiap komponen dalam jalur produksi menghasilkan secepatnya saat diperlukan dalam langkah selanjutnya dalam jalur produksi. Perusahaan harus memproduksi barang sesuai dengan jumlah pesanan agar tidak adanya persediaan.
j.          Pada sistem JIT perusahaan harus meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Untuk perusahaan harus memperhatikan kualitas mutunya. Dalam pengiriman barang dalam JIT harus tepat waktu, sesuai dengan jumlah pesanan dan dengan kualitas yang bermutu tinggi. Karena hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan produksi. Jika pelanggan senang maka ia akan sering melakukn pesanan terhadap perusahaan produksi dan sebaliknya jika pelanggan tidak puas maka pelanggan akan memilih ke perusahaan produksi lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

^^ ~Azmi WebLog~ ^^ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review